
Bus yang berkapasitas 17 penumpang ini dianggap lebih ramah lingkungan. Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronika LIPI mengembangkan bus tersebut dengan menggandeng BPPT dan Kementerian Riset dan Teknologi, sejak 1998 silam.
Walau sampai kini masih tahap pengembangan, Menristek Gusti Muhammad Hatta yakin, bus ini sudah bisa diproduksi massal sekitar tahun 2014 mendatang.
Dibandingkan bus berbahan bakar minyak, biaya operasional bus ini lebih rendah sekitar 50 persen. Sementara biaya perawatan bisa mencapai 70 persen lebih hemat. Selain itu, bus tersebut juga tidak membuat polusi udara.
Saat ini, harga bus ini mencapai sekitar Rp 1,4 miliar. Tapi para peneliti yakin, bila diproduksi massal, harga bus ini akan turun drastis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar